Friday, December 12, 2008

Relativitas dan Relativisme

It's about absolute and relativism. I was just thinking recently, is absolutism exists in this world? Apakah di dunia ini ada yang namanya kebenaran sejati?

Karena, menurutku, dunia ini tidak memiliki itu. Kalaupun ada, dunia ini terlalu banyak dipenuhi hal-hal yang relatif sehingga keberadaannya tersamarkan.

Untuk jadi bahan renungan saja, pada tahu semut, kan? Binatang yang terkenal dengan kerja keras, kegesitan, dan kerjasama. Tentu binatang itu patut ditiru, kan? Nah, suatu ketika, Ayah berkata, "Kita hidup jangan menjadi seperti semut."

Aneh bukan? Ya, aku heran. Begitu juga bibiku, yang sangat memahami Al-Qur'an dan langsung berkata, "Tapi semut itu binatang yang patut ditiru, lho! Mereka kan gigih, kuat, kerja sama pula. Bahkan satu surat dalam Al-Qur'an didedikasikan untuk mereka."

Ayahku mengangguk waktu itu. Lalu dia menambahkan, "Iya sih. Tapi semut itu menimbun makanan tanpa habis-habisnya. Hampir setiap saat dia menimbun kekayaan. Padahal belum tentu habis dimakannya. Jadi manusia pun jangan seperti itu, selalu menimbun harta dan mengejar dunia."

Aku mengangguk paham. Okelah, aku sudah belajar sedikit biologi untuk tahu bagaimana sistem hirarki dalam kerajaan semut. Tapi, dilihat dari segi itu, ucapan ayah ada benarnya. Semut terkenal menimbun makanannya. Beberapa semut menimbun daun untuk tempat tumbuh jamur makanan mereka, namun aku tak yakin semua semut melakukan hal itu.

See? Just a simple opinion changed one's point of view. Yang tadinya semut adalah binatang yang baik dan patut ditiru, berubah menjadi semut adalah binatang yang kikir serta bakhil dan tak patut ditiru.

Betapa cepatnya citra dan persepsi berubah. Semua serba relatif.

Yang paling terasa adalah ketika terjadi sebuah peristiwa. Apabila setiap orang yang terlibat--baik itu saksi, korban, maupun pelaku--diminta bercerita tentang peristiwa itu, penceritaan mereka pasti beda. Mungkin sama dari segi "apa-sih-yang-terjadi" namun berbeda dari segi "mengapa-hal-itu-terjadi". I know, coz I've been there. And it somewhat funny if I recalled how the four of us end up blaming others, making the story seems weirder and weirder till I call it quit.

Yah... what do you think? Is it useless to search for absolute truth in this world? What is absolute, anyway?

Somehow, aku jadi salut sama polisi, jaksa, hakim, dan orang-orang semacam mereka yang bertugas menegakkan keadilan. It must be tough for them...

1 comment:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.