Thursday, December 4, 2008

Nomor Rumah

Kemarin, gw iseng-iseng mengingat-ingat kehidupan gw sejak pindah (baca: numpang) ke Bandung. Dan… baru sadar… selama di Bandung, gw memiliki sesuatu yang sangat berarti bagi gw.

Dan, sesuatu itu adalah... (Jengjengjengggg)

Nomor Rumah

Yup, gw serius. Nomor rumah adalah hal yang sangat berarti bagi gw. Bahkan, bisa dibilang, itu adalah kemewahan yang baru bisa gw kecap setelah gw pindah ke Bandung. There’s a story behind that, of course.

Awal-awal gw tinggal di Sukabumi, gw ngontrak di rumah Ibu Camat (entah nama aslinya siapa, pokoknya gw panggil beliau itu). Rumah kontrakan gw itu di belakang rumah besarnya Ibu Camat. Gw masih inget, gw sering main ke rumah besar itu, apalagi karena anaknya Ibu Camat punya banyak sekali majalah Bobo. Hwehehehe...

Terus, pas gw kelas 3 SD, gw pindah rumah. Yup, rumah yang fotonya ada di blog ini. Gw masih inget, gw resmi pindah ke rumah itu setelah keluarga besar mengadakan trip ke Ujung Genteng dan di sana gw sempat melihat jasad orang yang tenggelam. Waktu itu, kamar gw di atas, dan otomatis gw nggak bisa tidur semalaman.

Rumah baru gw benar-benar menyenangkan. Nggak terlalu besar tapi lapang. Arsitekturnya unik dan cenderung castle-like. Ada menara jam-nya segala, lagi. Ditambah lagi halamannya luas dan semi-hutan, cocok buat pecinta alam kayak gw dan dua adik gw. Yang kurang dari rumah gw cuma satu: nomor rumah.

Hal yang wajar, sebenarnya. Lahan tempat rumah gw didirikan tadinya adalah lahan kosong semi-hutan yang digunakan penduduk untuk buang sampah (saking banyaknya sampah, terpaksa seluruh lahan ditimbun tanah). Lalu, tiba-tiba ruamh gw berdiri di situ, mengakibatkan nomor rumah selanjutnya bergeser satu (kayak domino). Mungkin karena males ngurus atau apa, akhirnya rumah gw tetap tak bernomor.

Dan efeknya baru kerasa ketika gw mendaftar di SMP (atau SMA) atau berniat ikut lomba tertentu. Di setiap formulir pasti ada kolom alamat, kan? Kan nggak lucu kalau gw nulis nama jalan rumah gw (yang masih belum jelas hingga sekarang) di situ? Terpaksa gw akalin dengan nulis nomor RT dan RW-nya juga, membuat alamat rumah gw jadi panjang.

Ketika gw di Bandung, gw seneng banget. Pasalnya, rumah paman gw tentu ada nomornya, kan? Wuih, rasanya kayak apa aja. Setiap ada formulir atau pengumpulan data buat database angkatan, dengan bangga gw tulis nomor rumah paman gw. Ada kepuasan tersendiri waktu gw nulis angka belasan itu. Akhirnya gw punya nomor rumah jugaaa! batin gw dalam hati.

Norak ya? Hehe, biarin.

Akhirnya, beberapa bulan yang lalu, rumah gw dapat kehormatan dikasih nomor juga. Yup, akhirnya gw punya nomor rumah gw sendiri! Dan angkanya bagus, lagi (menurut gw). Hwehehehe... (mulai norak-norak nggak jelas)

Cheers!

No comments: