Tuesday, April 28, 2009

Littel Devil Named Ciko

Haa... udah lama yah nggak nulis di Blog. Bukannya malas, tapi nggak sempat. Minggu-minggu kemarin memang badai UTS-UTS dan laporan-laporan. Kalau tulisan gw makin lama makin rapi dan halus, berarti memang wajar, wong ujian dan laporannya tulis tangan semua. Hehehe...

Anyway, who is this little devil named Ciko? He's a little prince from hell (namanya juga devil). Nggak deng. Ciko is a kitten, my household-assistant's (a.k.a. asisten rumah tangga). Ceritanya, setelah kematian Komeng, dia merindukan kehangatan seekor kucing (lho?). Kebetulan ada anak kucing--entah ngebrojol dari mana--yang akhirnya diadposi oleh dia, which is ciko. Ciko ini cukup lucu untuk ukuran anak kucing (emangnya ada anak kucing yang nggak lucu?). Warnanya abu-abu lumut, bulunya lumayan mengembang (kayaknya induknya kucing ras), dan matanya belo (yang bikin dia makin lucu). Sayangnya, mungkin karena masih anak kucing, Ciko ini lumayan sangat hiperaktif. Kalau dikurung, menjerit-jerit minta keluar. Sekalinya keluar, lari sana-sini sampai-sampai potensial-ketendangnya sangat tinggi.

FYI ajah, Komeng itu adalah kucing (kampung juga) yang kerjaannya hamil. Dan, kalau udah hamil, hobinya loncat lewat jendela kamar gw (yang memang menghadap ke jalan) dan masuk seenaknya ke lemari pakaian gw, mungkin nyari tempat buat melahirkan. Yah, agak nyebelin juga sih,memangnya ada apa dengan lemari gw?!

Oke, balik lagi ke Ciko. Hari ini, asisten rumah tangga yang merangkap tuannya Ciko lagi pulang kampung (dia memang pulang kampung setiap dua minggu sekali). Berhubung tuannya nggak ada, Ciko dikurung di kandang, dan dia nggak henti-hentinya mengeong. Mungkin karena kasihan, Bibi gw pun menyuruh gw untuk melepaskan si Ciko di taman tengah rumah. "Bisi pamali," kata beliau.

Ya sudah, sebagai keponakan yang berbakti, gw pun naik dan mengeluarkan Ciko dari kurungan. Sebenarnya sih, gw juga pengen megang-megang Ciko. Lagian, ada riset yang menunjukkan kalau mengelus hewan peliharaan dapat menurunkan tingkat stres, dan gw merasa stressful akhir-akhir ini. Gw pun dengan santainya menurunkan si Ciko di taman tengah rumah gw. Lucu juga lihat dia ngendus-ngendus daun atau ngintip isi tempat sampah. Kemudian panggilan alam menerpa gw; gw pun pergi ke kamar mandi.

Dan, pas gw balik lagi, SI CIKO ILANG!

Degg, mampus gw. Gimana juga, si Ciko dititipin ke gw. Kalau sampai si Ciko kenapa-napa, bisa-bisa asisten rumah tangga gw nangis bombay lagi. Bibi gw juga sama hebohnya waktu tahu si Ciko ilang. Kita berdua pun kompakan nyari si Ciko; gw nyari di taman, dan si Bibi nyari di bawah tangga.

"Coki, coki, coki!" panggil Bibi sambil ngdek-ngudek kotak sepatu.

"Namanya Ciko, wa," koreksi gw.

Arrghh... kenapa harus ada anak kucing yang main petak umpet dan bikin sport jantung sekarang? Sementara ada slide presentasi fismik setengah jadi yang terus memanggil-manggil gw untuk membereskannya, dan laporan-laporan terakhir yang deadlinenya udah mepet. Huff, gw menyibak rumput-rumput hias dengan kaki, kalau-kalau si ciko ada di sana. Gw negbungkuk-bungkuk ngintip di bawah kursi. Gw bahkan keluar dan mondar-mandir di teras kalau-kalau tuh anak kucing keluar.

Dan ternyata si anak kucing ada di lantai 2, dong! Kok bisa, ya? Padahal tangga di rumah gw adalah tangga kayu yang mirip-mirip grafik fungsi distribusi (halah). Belum lagi jarak antar anak tangga itu lumayan tinggi. Hebat juga dia bisa naik tangga itu dan nyampe ke atas.

Akhirnya, karena semua orang udah kapok ngelepasin dia (dan sport jantung lagi), si Ciko pun dikurung lagi di atas (Dan meong-meongan lagi samapi sekarang). Oh ya, bagi yang penasaran sama si Ciko, ini dia nih fotonya: