"Indoesian Alay". Sungguh frasa yang menggelitik. Soalnya, kata "alay" adalah kata yang baru dipopulerkan akhir-akhir ini dan--sayangnya--semua orang yang saya tanyakan nggak tahu artinya apa. bahkan saya sendiri suka menggunakan frasa "band alay" (tahu lah merujuk ke mana) dan kebingungan kalau ditanya apa arti alay itu. Karena itulah saya meng-klik halaman group itu dan menemukan bahwa alay itu... klik sendiri di sini deh.
Heugh, mau tak mau saya merasa (agak) tersindir. Soalnya poin nomor 3 itu "gw banget". Yang kenal saya pasti tahu kalau saya tak lepas dari headset (halah, yang di Facebook itu nulisnya salah) Philips atau SE yang selalu saya gantung di leher saya. Dan, lebih parahnya lagi, kadang saya suka over-menjiwai kalau denger musik pakai headset (terutama Rihanna-Disturbia). Tapi, kalau ada yang iseng lirik playlist saya, maaf saja, tidak ada Kangen Band atau ST12 di situ (meng-counter poin 19). In facts, saya sangat sedikit menyimpan lagu Indonesia di HP/MP3 player (dan seringnya sih nggak saya dengar) dan kebanyakan lagu-lagu keluaran 2000-an. Jadul nggak sih itu?
Anyway, mengenai arti kata alay sendiri, saya punya teori tersendiri. Alay asalnya cuma suatu kumpulan huruf yang nggak punya arti. Mungkin itu cuma celetukan orang iseng yang jago menciptakan istilah baru yang kemudian menyebar dan memopuler. Kenapa Alay? Mungkin karena berrima dengan "jijay" dan "lebay", seperti karakteristik orang-orang yang dicap alay.
Seperti yang harus saya lakukan ketika bikin laporan, saya tentu harus meng-kroscek hipotesis saya dengan literatur (halah). Karena di kamus terbitan tahun 90-an tidak mungkin ada kata ini, satu-satunya sarana yang mungkin adalah internet. Dan saya menemukan list arti kata alay di sini, yang simpulannya adalah alay = kampungan dan norak.
Dan saya ngakak mampus sekaligus kasihan sama orang-orang alay. Kasihan, mereka jadi stranger dan outsider masa kini, terlepas dari niat mereka yang mungkin mulia sepereti pengen eksis. Hakhakhakhak...
Sedikit intermezzo, ketika saya pertama kali mendengar lagunya Kangen Band, saya kira boyband malaysia (yang dulu populer dengan lagu Gerimis Mengundang) mulai menginvasi Indonesia dengan konsep baru. Betapa tidak, lagu yang nggak jelas genrenya (pop-rock tapi bercengkok dangdut), syair yang miskin dan sering diulang, petikan gitar efek yangkadang fals, semua itu bikin saya berharap punya headset baru (headset saya rusak waktu itu) dan menduga bahwa tukang angkot berkomplot menguasai dunia lewat lagu-lagunya Kangen Band (yang kalau didengarkan oleh orang seperti saya lima menit saja bisa bikin kejang-kejang).
What's wrong with those alays? Well, believe it or not, they're just different.
And annoying. Bagi beberapa orang.
In the beginning, maybe they're just a bunch of people, normal people, who think that they're unacknowledged. Mereka merasa, kalau mereka normal, mereka nggak akan dapat perhatian yang mereka inginkan. Sehingga mereka mengubah citra dirinya untuk berbeda dan (sukur-sukur kalau) stand out. Yang cowok menjadi agak emo (seperti yang memenuhi Jalan Dago dekat Aquarius kalau malam minggu) dan yang cewek mengira kalau mereka menjadi lebih "kanak-kanak" (tercermin dari cara bicara mereka yang mirip balita), mereka akan tampak lebih cute. Tentu saja hukum kebalikan berlaku di sini (dan pelakunya bakal mendapat tatapan dan cap aneh dari masyarakat).
Sayang sekali, penampilan saja ternyata nggak cukup. Menyitir salah satu Aesop's Fables, Outer beauty is a poor substitute for inner worth, mereka mungkin nggak cukup knowledgeable untuk menjadi masyarakat normal. Karena itu, mereka melakukan segala cara untuk menarik perhatian, dan buta akan kenorakan yang timbul akibat perbuatan mereka. Misalnya meng-add atau memaksa orang meng-add mereka di friendster--yang memang gudangnya alay dan ketidak jelasan, memajang "teman-keren" dan memperbanyak comment di (lagi-lagi) FS, dan bahkan tindakan negatif seperti cari ribut. Kalau itu tidak cukup juga, mereka akhirnya bikin komunitas sendiri dan me-reject orang-orang yang berbeda dengan mereka.
Tindakan "cari-perhatian" itulah yang membuat kesal orang-orang non-alay. Siapa yang nggak kesal kalau tiba-tiba ada orang asing meng-add akun FS-nya padahal dia sudah bertekad akan memasukkan hanya kenalannya ke dalam friend list-nya? Belum lagi kalau orang asing itu berkali-kali mengirimkan komen bertuliskan, "uiyyyy, kOq cMa pHiIiew? aDd dUnkzz" yang selain bikin sakit mata juga menuh-menuhin comment saja.
Sebenarnya, secara garis besar, ini hubungan timbal balik. Orang-orang yang terganggu me-reject alay, dan alay balik me-reject mereka. Seperti group yang dimasuki teman saya dan tandingannya di sini. Ini nggak akan selesai kalau tidak ada saling pengertian dari kedua pihak.
Atau mungkin ini sudah di-plot untuk tidak akan selesai? Hmm... interesting. I smelled something in here...
Yeah, I smelled something. My own body odor. Ketahuan deh belum mandi. Wuekekekek...
In the end, bagi yang nggak suka alay, bersiaplah untuk menahan diri. Karena virus alay sudah mulai bermultiplikasi dan bahkan menginfeksi Facebook. Bagi para alay, tolong yah, mental Friendster-nya jangan dibawa ke Facebook. Ngeganggu soalnya.
Cheers.
PS: One question remains. Apakah saya alay? (berharap bukan)
Anyway, mengenai arti kata alay sendiri, saya punya teori tersendiri. Alay asalnya cuma suatu kumpulan huruf yang nggak punya arti. Mungkin itu cuma celetukan orang iseng yang jago menciptakan istilah baru yang kemudian menyebar dan memopuler. Kenapa Alay? Mungkin karena berrima dengan "jijay" dan "lebay", seperti karakteristik orang-orang yang dicap alay.
Seperti yang harus saya lakukan ketika bikin laporan, saya tentu harus meng-kroscek hipotesis saya dengan literatur (halah). Karena di kamus terbitan tahun 90-an tidak mungkin ada kata ini, satu-satunya sarana yang mungkin adalah internet. Dan saya menemukan list arti kata alay di sini, yang simpulannya adalah alay = kampungan dan norak.
Dan saya ngakak mampus sekaligus kasihan sama orang-orang alay. Kasihan, mereka jadi stranger dan outsider masa kini, terlepas dari niat mereka yang mungkin mulia sepereti pengen eksis. Hakhakhakhak...
Sedikit intermezzo, ketika saya pertama kali mendengar lagunya Kangen Band, saya kira boyband malaysia (yang dulu populer dengan lagu Gerimis Mengundang) mulai menginvasi Indonesia dengan konsep baru. Betapa tidak, lagu yang nggak jelas genrenya (pop-rock tapi bercengkok dangdut), syair yang miskin dan sering diulang, petikan gitar efek yang
What's wrong with those alays? Well, believe it or not, they're just different.
And annoying. Bagi beberapa orang.
In the beginning, maybe they're just a bunch of people, normal people, who think that they're unacknowledged. Mereka merasa, kalau mereka normal, mereka nggak akan dapat perhatian yang mereka inginkan. Sehingga mereka mengubah citra dirinya untuk berbeda dan (sukur-sukur kalau) stand out. Yang cowok menjadi agak emo (seperti yang memenuhi Jalan Dago dekat Aquarius kalau malam minggu) dan yang cewek mengira kalau mereka menjadi lebih "kanak-kanak" (tercermin dari cara bicara mereka yang mirip balita), mereka akan tampak lebih cute. Tentu saja hukum kebalikan berlaku di sini (dan pelakunya bakal mendapat tatapan dan cap aneh dari masyarakat).
Sayang sekali, penampilan saja ternyata nggak cukup. Menyitir salah satu Aesop's Fables, Outer beauty is a poor substitute for inner worth, mereka mungkin nggak cukup knowledgeable untuk menjadi masyarakat normal. Karena itu, mereka melakukan segala cara untuk menarik perhatian, dan buta akan kenorakan yang timbul akibat perbuatan mereka. Misalnya meng-add atau memaksa orang meng-add mereka di friendster--yang memang gudangnya alay dan ketidak jelasan, memajang "teman-keren" dan memperbanyak comment di (lagi-lagi) FS, dan bahkan tindakan negatif seperti cari ribut. Kalau itu tidak cukup juga, mereka akhirnya bikin komunitas sendiri dan me-reject orang-orang yang berbeda dengan mereka.
Tindakan "cari-perhatian" itulah yang membuat kesal orang-orang non-alay. Siapa yang nggak kesal kalau tiba-tiba ada orang asing meng-add akun FS-nya padahal dia sudah bertekad akan memasukkan hanya kenalannya ke dalam friend list-nya? Belum lagi kalau orang asing itu berkali-kali mengirimkan komen bertuliskan, "uiyyyy, kOq cMa pHiIiew? aDd dUnkzz" yang selain bikin sakit mata juga menuh-menuhin comment saja.
Sebenarnya, secara garis besar, ini hubungan timbal balik. Orang-orang yang terganggu me-reject alay, dan alay balik me-reject mereka. Seperti group yang dimasuki teman saya dan tandingannya di sini. Ini nggak akan selesai kalau tidak ada saling pengertian dari kedua pihak.
Atau mungkin ini sudah di-plot untuk tidak akan selesai? Hmm... interesting. I smelled something in here...
Yeah, I smelled something. My own body odor. Ketahuan deh belum mandi. Wuekekekek...
In the end, bagi yang nggak suka alay, bersiaplah untuk menahan diri. Karena virus alay sudah mulai bermultiplikasi dan bahkan menginfeksi Facebook. Bagi para alay, tolong yah, mental Friendster-nya jangan dibawa ke Facebook. Ngeganggu soalnya.
Cheers.
PS: One question remains. Apakah saya alay? (berharap bukan)
No comments:
Post a Comment