Wednesday, August 12, 2009
Resah
Haruskah kuyakinkan dia untuk mencintaiku sekali lagi?
Atau lebih baik kulepas dirinya dan mencari hati yang lain?
Bila memang bukan kita yang tentukan
Ke mana arah cinta ini kan membawa
Berikanlah aku satu jalanmu Tuhan
Agar aku mengerti... apa yang kita jalani...
(Maliq n d'Essentials--Dan Ketika)
Tuesday, August 4, 2009
Roadtrip! Psikologi Unpad Jatinangor
Kenapa Psikologi?
Soalnya, gw memang punya affinity tertentu dengan jurusan ini. In fact, ini adalah jurusan yang tadinya mau gw masukin ke pilihan SNMPTN 2008 setelah FK (dan sampai sekarang gw nyesel kenapa gw nggak milih ini waktu itu). Selain itu, melihat adanya hubungan antara keponakan gw yang (seringkali) baik adatnya dengan fakta bahwa ibunya psikolog, gw jadi bertekad untuk—paling nggak—punya istri dari jurusan psikologi. Daaaan... thanks to keikutsertaan gw dalam program magang Kokesma, gw jadi punya kenalan seorang alumnus Psikologi yang cerdas, rame, baik hati, dan bersedia ngajak gw ke jurusan Psikologi hari ini. Thank you very much, Mbak Putri!
Setelah tadi pagi pergi ke kampus dan gagal mulu membuka situs perwalian online ITB (yang sempet bikin gw deg-degan, kok kayaknya gw nggak dilulusin ya? Soalnya halaman web gw bahkan nggak kebuka, sementara orang2 di sekeliling gw semuanya bisa ngebuka), gw pun beranjak menuju kampus Unpad Dipatiukur. Ada apa di sana? Bis Damri tentu saja, kendaraan yang bisa mengantarkan gw ke Kampus Jatinangor. Di bis, gw sempet SKSD sama cewek yang duduknya di sebelah gw. Namanya Syifa, Fisip Unpad angkatan 2005. She’s nice and cheerful, cuma sayang umurnya di atas gw. Kalau di bawah gw, naksir banget deh. Walaupun akhirnya gw nggak ngobrol banyak sama dia karena ketiduran, sih.
Sampai di Jatinangor, gw sempet bertindak memalukan dengan minta nungguin di Gerbang Unpad yang biasa jadi pasar kaget tiap hari Minggu. Pasalnya, terakhir kali gw ke Jatinangor (Semester 3, sehari sebelum UAS Kimia Organik, inget banget dah), yang gw inget adalah gw turun dari bis di gerbang itu. Nggak tahunya, berhubung proyek jalan tol dan gerbang samping Unpad udah selesai, pangkalan Damri yang dimaksud Mbak Putri berada tepat di samping gerbang Unpad (dan bukan terletak nun jauh di sana seperti yang gw takutkan).
Mbak Putri mengajak gw sedikit memutar karena pintu gerbang untuk kendaraan ada di belakang kampus. Dari situ, gw bisa melihat komplek Unwim yang mungkin akan menjadi kampus gw selanjutnya. Ternyata nggak kalah besar dengan Unpad. Tapi... suasananya agak horor di sana, lengkap dengan gedung-gedung bergaya kuno yang agak tak terawat dan fakta kalau di sana nggak ada siapa-siapa. Perjalanan memutar itu menyadarkan gw kalau mungkin ada baiknya juga kalau ITB pindah ke Jatinangor. Soalnya, suasananya adem, tenang, sejuk, cocok banget deh buat belajar. Walaupun iya juga sih, jadinya jauh dari mana-mana. Tapi kan, walaupun kampus ITB ada di Dago, toh ujung-ujungnya tetep nggak bisa ke mana-mana gara-gara sibuk, kan?
Di dalam kampus, gw diajak muret-muter sama Mbak Putri. Untung Mbak Putri bawa motor, kalau nggak mungkin gw bisa mendadak kurus saking gedenya itu kampus. Unpad Jatinangor itu ternyata dibagi dua, sayap kiri untuk jurusan IPA, dan sayap kanan untuk jurusan IPS. Kalau begitu, kenapa asrama buat anak FK ditaruh di sayap kanan, ya? Gw pun melihat GKU mereka yang nyentrik dan nemplok di sebelah “helipad-look-alike”. Lalu, gw dan Mbak Putri menyudahi tur dan parkir di Fakultas Psikologi.
Kejutan menanti gw ketika sampai di fakultas. Gw disambut oleh BEM-nya doong! Ternyata, Mbak Putri ini orang yang cukup disegani di kampus dan dia ngabarin ke BEM kalau gw mau datang berkunjung. Halah, malu-maluin banget, dikirain perwakilan dari kampus manaaaaa gitu mau studi banding, padahal kan niatnya juga cuma iseng-iseng cari kenalan.
Berhubung sekarang lagi SP, Fakultas Psikologi saat ini sepi banget. Tapi, kurang personel bukan berarti garing, dong. Selama gw di sana, gw ketawa-ketawa terus sampai-sampai kawat gigi gw nyangkut-nyangkut di bibir. Habis, anak-anaknya ngocol banget sih. Ada Kak Rey, satu-satunya cowok dan yang paling tua di situ, bersama pacarnya yang namanya gw lupa. Pacarnya itu tipe gw banget, sayang udah ada yang punya. Terus ada orang Jakarta berambut bob, Evita, yang nggak kalah ngocol. Dan terakhir, ada Nita, yang kayaknya hari itu ditakdirkan jadi objek derita. Kayaknya, ketika Mbak Putri ngabarin kalau gw mau datang, dia yang reaksinya paling heboh sampai-sampai digodain habis-habisan. Quotes of the day, by Kak Rey, “Proyekan kalau jadian lima ratus ribu, kalau nikah lima juta.”
Kita sempet ngobrol-ngobrol lumayan lama di sekre BEM-nya. Gw menjelaskan sistem organisasi di kampus (secara seadanya, mengingat gw nggak pernah aktif di yang gituan. Duh, tengsin banget deh). Nita curhat kalau dia nggak dapet jodoh anak FK padahal kampusnya seberangan. Terus kita diskusi mengenai biaya pendidikan yang makin mahal, dan kenyataan kalau SPP di ITB JAUH LEBIH BESAR ketimbang Unpad. Conclusion of the day: cepat-cepatlah menikah dan punya anak, sebelum biaya sekolah jadi mahal. Hehehe.
Obrolan berlanjut ke kantin di sebelah sekre BEM. Di sana, gw berdiskusi (tepatnya menanyakan arti) mengenai penyimpangan-penyimpangan kejiwaan yang gw kenal, kayak MPD, Skizofrenia, dll, dkk. Akhirnya Mbak Putri membuka kuliah singkat mengenai topik TA-nya, yaitu Resiliensi Mahasiswa yang Menghadapi Ujian Akhir. Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam hal mengembalikan dirinya ke keadaan semula setelah menghadapi masalah. Dan menurut Mbak Putri, resiliensi seseorang bisa ditingkatkan. Wow, apa nggak menarik, tuh?
Akhir kata, kelas pun dimulai dan gw serta Mbak Putri mengakhiri hari dengan duduk-duduk di masjid. Saat itulah Mbak Putri bilang, “Baru kali ini saya ketemu orang kayak kamu.”
Gw menoleh heran. “Eh?”
“Baru kali ini ada orang yang beneran mau ketika saya ajak ke sini, ke lingkungan yang notabene baru banget buat orang itu. Langkah awal yang kamu ambil udah tepat. Sekarang tinggal mencari apa yang kamu inginkan dan buktikan kalau kamu bahagia dengan itu.”
Kata-kata itu bikin gw merenung. Ya. Gw sudah hampir kepala dua, sudah sampai fasa “dewasa” secara psikologis dan gw bahkan belum menemukan apa yang gw inginkan. Gw udah sampai pada fase “butuh-bantuan-pihak-luar-untuk-mengenali-siapa-diri-gw-sendiri”. Dan, Mbak Putri pun menawarkan gw untuk jadi OP (Objek Penderita. Bukan deng, Objek Penelitian). Wow, konseling dan psikotes gratis? Siapa yang nggak ingin? Hehehe...
Akhir kata, gw senang banget hari ini. Dapat teman baru, motivasi baru, dan banyak kesempatan baru (waktunya membongkar naskah-naskah lama gw, kalau begitu). Thank God, for sending all those miracles to me today.
Monday, August 3, 2009
O. U. C. H.
But it takes one to break it.
And a reason such as BORED is as lethal as Cyanide.
(Sorry. Need more time to recuperate than I thought)